WELCOME TO PHIPHIT'S BLOG

WELCOME TO PHIPHIT'S BLOG

Minggu, 16 Januari 2011

Skandal Paspor Palsu Gayus Tambunan


Foto :SONY HARSONO" di paspor disejajarkan dengan foto GAYUS TAMBUNAN saat menonton pertandingan tennis di Bali (2010)

Dimuat juga di KATAKAMI.COM dan INDONESIAKATAKAMI.BLOGSPOT.COM

Banyak Kali Cakap Kau Gayus, Jangan Pojokkan Institusi Polri & Kejaksaan


Jakarta 07/01/2011 (KATAKAMI) — Ibarat meminjam bahasa anak gaul, figur Gayus Tambunan ini seakan “GAK ADA MATINYA”. Ada saja pemberitaan miring seputar sepak terjang dari mantan pegawai Ditjen Pajak ini.

Setelah ketahuan menonton pertandingan tennis di Bali dengan menggunakan rambut palsu (wig) yang berbelah tengah, kali ini Gayus kembali menjadi NEWSMAKER.

Tak cuma ke Bali, ternyata Gayus juga pernah berpergian ke Macau (China), Kuala Lumpur (Malaysia) dan Singapura pada bulan September 2010.

Kalau tadi meminjam istilah anak gaul, lain lagi kalau memakai gaya bahasa ANAK MEDAN.

Komentar yang paling cocok untuk kiprah Gayus kali ini adalah, “KAU LAGI, KAU LAGI GAYUS, BOSAN AWAK MENDENGAR CINGKUNEK TENTANG KAU !”.

Artinya, anda lagi, anda lagi Gayus, bosan saya mendengar “ocehan” tentang anda !


Foto : Terdakwa kasus mafia pajak, Gayus Halomoan Tambunan saat memotret menggunakan handphone-nya pertandingan tenis di Hotel Westin, Bali (November 2010)

Seperti yang diberitakan Metro TV dan Kantor Berita ANTARA (04/01/2011), Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar mengatakan, ada seseorang bernama Sony Laksono yang pergi ke Macau dan Kuala Lumpur pada September 2010. Pada paspor Sony ditemukan foto yang mirip Gayus. Di paspor itu ada foto orang pakai wig yang mirip dengan Gayus.

“Di paspor itu ada foto orang pakai wig yang mirip dengan Gayus,” kata Patrialis kepada para wartawan di depan Istana Negara, Jakarta Pusat.

Menurut data imigrasi, Sony pergi ke Macau pada 24 September 2010 dengan menumpang Mandala Airlines. Sony kembali ke Indonesia pada 26 September dengan menumpang Garuda Indonesia.

“Pada tanggal 30 September 2010, Sony keluar lagi dengan paspor yang sama ke Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, kembalinya sampai sekarang tidak terdeteksi. Ini memang luar biasa,” lanjut Patrialis.

Patrialis pun sempat menjelaskan asal usul paspor tersebut.

Awalnya, paspor tersebut dibuat atas nama Margareta, seorang anak. “Ternyata paspor itu ditunda pembuatannya. Tapi nomor paspornya sudah ada. Tiba-tiba, paspor itu keluar atas nama Sony Laksono,” katanya.

Paspor diketahui dibuat oleh Kantor Imigrasi Jakarta Timur. Sementara itu, asal-usul KTP atas nama Sony Laksono masih diselidiki. Patrialis menambahkan, pihaknya membentuk tim guna menelusuri kebenaran seseorang mirip Gayus yang pergi ke luar negeri.

Tim tersebut dipimpin oleh Kepala Inspektorat Jenderal Kemenhukham Sam Tobing, dan didukung oleh Plt Dirjen Imigrasi M Indra, serta beberapa staf Kantor Imigrasi Pusat, Kanwil Kemenhukham DKI Jakarta, dan Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta.

Selama menghuni Rumah Tahanan Mako Brimob Kelapa Dua Depok, Gayus diduga sering keluyuran.

Seseorang yang memakai wig dan mirip dengan Gayus keluyuran ke Bali. Ahad (2/1) lalu, seorang warga Depok, Devina, menulis surat pembaca di Kompas pernah pergi ke Singapura dalam satu pesawat dengan pria pemakai wig yang mirip Gayus.

Berikut isi surat pembaca yang dimuat Kompas hari Minggu (2/1/2011):

Pria Berkacamata Memakai Wig

Melihat foto Gayus dengan wig dan kacamata, yang belakangan ini beredar banyak di media massa, saya merasa yakin bahwa pernah melihat orang yang sama di Bandara Soekarno-Hatta, hari Kamis, 30 September 2010. Saat itu saya sedang menunggu penerbangan ke Singapura di ruang tunggu keberangkatan pesawat.

Ketika itu seorang pria memakai wig dan kacamata masuk ke ruangan tempat saya menunggu, lalu berada di penerbangan yang sama ke Singapura. Saya menatap beberapa kali, tetapi sayang saya tidak memiliki keberanian untuk mengambil foto dirinya karena jarak terlalu dekat. Saat itu, panggilan untuk masuk ke kabin pesawat sudah terdengar.

Setelah melihat foto tersebut belakangan ini banyak beredar di surat kabar dan berita di TV, saya semakin yakin bahwa orang yang berada satu penerbangan dengan saya ke Singapura tersebut memang Gayus. Mungkin ada pihak terkait yang merasa perlu untuk memeriksa hal tersebut. Berikut adalah penerbangan yang saya tumpangi saat itu AirAsia nomor penerbangan QZ 7780 waktu keberangkatan 11.20 WIB dari Jakarta menuju Singapura hari Kamis, 30 September 2010.
0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 187px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRyGzNVNgk5TqciEuqAv1k9S2vhn4lPAw6R_osxvH5cQvvgjkmREJEm4k9XeGwVlTo42gO6LmrQhA0t-BcMhSmJKEDz3paS4GUgtd4bZOa3EugIw5CjKw7nQaAVAcMpcqj_d-LErcOPjPu/s320/macau-airport-logo.png" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5562743613798625442" />
Yang ingin disorot dalam tulisan ini secara khusus adalah hal ihwal paspor palsu “Mister Gayus” yang berhasil menjebol 3 negara sahabat kita yaitu China, Malaysia dan Singapura.

Seperti yang dimuat oleh DETIK.COM (07/01/2011), salah seorang pengajar bidang kepolisian menilai masalah paspor palsu Mister Gayus ini adalah masalah “kecil”.

Persoalan utama mafia pajak yang menjerat pegawai Ditjen Pajak, Gayus Tambunan dikhawatirkan tidak akan bisa diselesaikan secara tuntas. Publik kini terlalu sibuk mengurusi masalah dugaan kaburnya Gayus ke luar negeri.

“Saya khawatir modus operandi mafia pajak justru tidak terbongkar karena tertutup kasus ini,” ujar pengajar Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Universitas Paramadina, Rico Marbun, Jumat (7/1/2011).

Rico mengatakan, kasus dugaan ke Macau atau Malaysia adalah masalah kecil dari persoalan besar yang sudah dilakukan Gayus. Gayus pun kini sudah dipindahkan rutan Cipinang. Rico juga yakin, tidak mungkin ada lagi pihak yang berani meloloskan Gayus keluar penjara.

“Kepergian Gayus ini kan sudah terjadi, dan itu merupakan rangkaian dari puluhan kali yang dia pernah ngaku keluar penjara, nggak mungkin lagi bisa terulang. Kasus Gayus harus diusut tuntas, jangan hanya berhenti sampai di Gayus, sebab dia hanya pemain kecil,” beber Rico.

Rico curiga, perkara kepergian Gayus ini digunakan sebagai pengalihan isu saja. Hanya sedikit saja, imbuh Rico, berbagai pihak yang konsisten menyuarakan pengusutan tuntas hasil ‘nyanyian’ Gayus soal mafia pajak.

“Saya khawatir ini pembelokan, jangan sampai hanya Gayus yang dikorbankan,” pungkas Rico.

Demikian diberitakan DETIK.COM


Kepala Dinas Rahasia Inggris (Secret Intelligence Service / MI6) Sir John Sawers

Seperti yang diberitakan The Telegraph (25/12/2010), Tamir Pardo yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Kepala Dinas Intelijen Mossad sesungguhnya dalam rapat internal Mossad menyatakan secara langsung bahwa dirinya tidak menyetujui penggunaan paspor palsu atas nama Inggris, Australia dan Irlandia untuk membunuh Mahmoud al Mabhouh.

Tetapi pendapat ini terabaikan karena posisinya yang bukan merupakan pengambil keputusan dalam dinas rahasia Mossad.

Permohonan maaf yang disampaikan Tamir Pardo kepada Pemerintah Inggris diduga kuat merupakan jembatan yang dapat melancarkan rencana kunjungannya ke Inggris di bulan Januari 2011 ini untuk bertemu dengan para pimpinan Dinas Intelijen Inggris yaitu Sir John Sawers (MI6) dan Jonathan Evans (MI5).

Hal yang patut dapat diduga merupakan sesuatu yang sangat tak lazim bagi Israel ( yaitu mengakui perbuatan melawan hukum kepada negara lain ) merupakan langkah maju dan harus sungguh-sungguh ditepati bahwa itu tak akan diulangi lagi di masa yang akan datang.

Di saat dua dinas intelijen kelas dunia hendak “bertemu” untuk membahas masalah hal ihwal kasus penggunaan kasus PASPOR PALSU, Indonesia malah seakan mencuat ke permukaan lewat figur Gayus Tambunan.
Pembuatan dan penggunaan PASPOR PALSU dalam kasus Gayus ini tergolong sangat serius sebenarnya.

Bayangkan, seorang Gayus bisa dengan mudahnya menembus ( atau lebih tepat digunakan kata MENJEBOL ) tingkat keamanan nasional di 3 negara.

Terdakwa kasus mafia pajak ini bisa dengan mudahnya keluar masuk di teritori negara China, Malaysia dan Singapura dengan menggunakan PASPOR PALSU.

Mari kita bayangkan bagaimana ketatnya proses pemeriksaan di Bandara Inernasional Soekarno Hatta yang ada di ibukota Jakarta.

Sangat jarang terjadi, kasus-kasus penggunaan PASPOR PALSU yang tertangkap.

Tetapi penangkapan para penumpang yang terseret dalam kasus-kasus narkoba misalnya, relatif sering dicegah oleh aparat keamanan ( terutama pihak Bea Cukai ) di areal Bandara Soekarno Hatta.

Bandingkan dengan Gayus Tambunan !

Gayus terlihat sangat menguasai setiap bentuk perjalanan yang dilakukannya di manca negara.

Contohnya, ia tahu bahwa untuk berpergian ke Macau ( China ), ada maskapai penerbangan Indonesia yang memiliki rute langsung ke sana yaitu MANDALA AIRLINES.

Untuk memesan tiket Mandala pada rute Macau, calon penumpang tak perlu repot-repot yaitu hanya tinggal mengakses SITUS RESMI MANDALA AIRLINES.

Jika kita ingin berpergian ke Macau misalnya ( bila keberadaan kita hanya kunjungan singkat ), kita tidak diwajibkan untuk meminta visa dari Kedutaan Besar China.

Sehingga, melancongnya Gayus ke Macau adalah sesuatu yang sangat mengasyikkan karena relatif mudah dan aman bagi dirinya. Apalagi, MANDALA AIRLINES hanya menetapkan 3 hari dalam seminggu untuk rute langsung ke Macau yaitu pada hari Minggu, Rabu dan Jumat.

Gayus Tambunan berangkat ke Macau menggunakan Mandala Airlines pada hari Jumat tgl 24 September 2010.

Dan kembali ke tanah air pada tanggal 26 September 2010 dengan menggunakan pesawat GARUDA INDONESIA.
Pembuatan dan penggunaan PASPOR PALSU yang dilakukan oleh Gayus Tambunan bukan sekedar masalah “kekhilafan yang disengaja” oleh para calo di lingkungan Kantor Imigrasi saja.

Ini sudah mempertaruhkan hubungan diplomatik Indonesia dengan sejumlah negara sahabat.

Artinya, sistem keamanan nasional di China, Malaysia dan Singapura bisa dijebol oleh manusia sekelas Gayus Tambunan yang begitu nyaman dan amannya keluar masuk ke negara-negara ini.

Hanya dengan satu PASPOR PALSU saja, Gayus bisa menjebol sistem keamanan nasional di 3 negara sekaligus.

Bagaimana kalau yang melakukan pembuatan dan penggunaan PASPOR PALSU itu adalah jaringan terorisme internasional untuk keluar masuk seenaknya di China, Malaysia dan Singapura ?

Apakah Pemerintah Indonesia tidak merasa malu karena sudah mencemari hubungan diplomatik dengan sejumlah negara sahabat semacam China, Malaysia dan Singapura.

Dan sebenarnya, kalau disebut PALSU, paspor itu besar kemungkinan bukan palsu dalam arti yang sebenarnya.

Sistem komputerisasi di Imigrasi, mewajibkan para pemohon pembuatan atau perpanjangan paspor untuk membubuhkan SIDIK JARI mereka.

Ini faktor utama yang bisa ditelusuri, sejauh mana tingkat keparahan skandal PASPOR PALSU Gayus Tambunan ini.

Kemudian yang harus ditelusuri adalah siapakah sebenarnya pihak tertentu yang menjadi BEKING Gayus Tambunan melakukan skandal skandal tingkat tinggi yang membutuhkan kemampuan IT sangat lihai dan mahir.

Tak cuma saat melakukan pembuatan PASPOR PALSU saja.

Tapi tak akan mungkin seorang Gayus bisa sangat percaya diri dan begitu berani berpergian ke 3 negara menggunakan PASPOR PALSU kalau ia belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang sistem keamanan di bandara-bandara internasional yang akan didatanginya di negara-negara tadi.

Semua negara pasti sudah menggunakan kecanggihan IT pada sistem komputerisasi bandara internasional di negara mereka.

Gayus yang cuma mantan pegawai kelas rendahan (secara pangkat dan jabatan di Ditjen Pajak ) tidak akan berani melancong ke tingkat dunia kalau cuma membawa modal nekat.

Patut dapat diduga Gayus pasti sudah mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang situasi keamanan di negara-negara yang akan didatanginya tadi ( termasuk cara-cara menggunakan paspor palsu ini pada saat melewati pintu-pintu pemeriksaan ).
Pertanyaannya adalah siapakah yang patut dapat diduga oknum aparat yang menjadi BEKING UTAMA Gayus Tambunan melakukan skandal sangat memalukan seperti ini ?

Patut dapat diduga yang menjadi BEKING itu adalah pihak yang memahami intelijen dan sekaligus menguasai sekali penggunaan IT tingkatan yang sangat mahir.

Patut dapat diduga yang menjadi BEKING itu adalah pihak yang mengetahui situasi negara asing ( terutama yang dapat dipantaunya menggunakan sistem deteksi IT ).

Pegawai rendahan di Ditjen Pajak dapat menjebol sistem keamanan nasional di 3 negara asing dengan penggunaan PASPOR PALSU adalah sesuatu yang sangat serius.

Apalagi pegawai rendahan di bekas kedinasannya itu adalah seorang terdakwa dalam kasus MEGA MAFIA PAJAK di negaranya.

Skandal pembuatan dan penggunaan PASPOR PALSU ini adalah sebuah skandal yang menampar muka Indonesia di mata dunia internasional.

Bayangkan, tidak ada kasus “internasional” terkait urusan palsu-memalsu paspor yang bisa dijadikan bahan perbandingan untuk masalah Gayus Tambunan ini kecuali kasus penggunaan paspor palsu yang dilakukan Dinas Intelijen Israel yaitu Mossad pada tahun 2010 lalu.

Substansi dari kasus itu adalah sama yaitu secara sengaja telah menggunakan identitas palsu dan otoritas hukum negara dalam mengeluarkan dokumen penting semacam paspor.

Malahan kalau mau jujur, untuk urusan pembuatan dan penggunaan paspor palsu ini, Mossad kalah cerdik dari Gayus Tambunan sebab dinas intelijen Israel ini hanya masuk ke 1 negara.

Sementara Gayus bisa keluar masuk ke 3 negara sekaligus dengan paspor palsunya yaitu ke China, Malaysia dan Singapura.

Janganlah skandal ini terulang kembali di masa yang akan datang.

Ini bukan masalah kecil tetapi sangat amat serius.

Telusuri siapa BEKING atau pihak yang patut dapat diduga sengaja memainkan keberadaan dan peranan Gayus untuk kepentingan-kepentingan yang sangat amat dirahasiakan.

Kita bicara mengenai masalah keamanan nasional.

Baik itu keamanan nasional di dalam negeri Indonesia dan di negara-negara sahabat yang menjadi korban penggunaan paspor palsu GAYUS TAMBUNAN.

Cari BEKING yang ada di belakang Gayus Tambunan ini !

Bikin malu saja karena sok hebat membuat dan memalsukan PASPOR sehingga menampar serta mempermalukan Indonesia di mata dunia internasional.

2011/01/07 - Posted by INDONESIA KATAKAMI | World News | Gayus Tambunan, Indonesia, Jonathan Evans, Sir John Sawers, Tamir Pardo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar